Dari mata turun ke hati, mungkin itu peribahasa yang cocok untuk menggambarkan hubungan Brina Paska dan wastra. Keindahan wastra tidak hanya membuat Brina jatuh hati, tapi juga mendorongnya untuk memperkenalkan wastra ke kalangan muda lainnya. Itulah alasannya membangun Galeri Wastraku @galeriwastraku yang terletak di Canggu, Bali.
Galeri Wastraku memulai perjalanan pelestarian kain dengan berbagi cerita tenun dari Sumba Timur. Sebagai pameran pembuka, Brina menyajikan tenun Sumba Timur koleksi pribadi keluarganya. Untuk menambah pengalaman wastra para pengunjung, Brina juga menyediakan demonstrasi pembuatan kain tenun oleh para penenun Sumba Timur dan juga workshop pembuatan mamuli, aksesoris khas Sumba Timur.
Masih mengusung tema kedaerahan yang sama, Sumba Timur, di pameran kedua Galeri Wastraku, Brina memilih untuk berkolaborasi dengan para seniman lokal. Empat seniman muda didaulat untuk menginterpretasikan apa yang mereka dapatkan dari berinteraksi dengan tenun Sumba Timur. Kehadiran seniman kolase Nova Kusuma, artis tato Fuad Machmud, fotografer Tasha Serena, dan desainer perhiasan Irma WY memperkaya dialog wastra lintas bidang ini.
Ingin tahu bagaimana cerita pertukaran makna dari para seniman muda ini dan juga cerita wastra seputar Sumba Timur? Simak obrolan lengkapnya di episode ketiga podcast Wastra Raya yang tersedia di Spotify, Anchor dan Google Podcasts.
Salam #WastraRaya untuk #IndonesiaRaya!